SEJARAH SINGKAT GKI COYUDAN
Sejarah berdirinya GKI COYUDAN diawali dengan adanya perselisihan di tengah-tengah jemaat-jemaat Gereja Kie tok Kauw Hwee (sekarang bernama GKI Sangkrah). Perselisihan tersebut terjadi dalam hal pelaksanaan perjamuan kudus mengenai masalah penggunaan gelas besar atau gelas kecil. Satu pihak menghendaki pemakaian gelas besar yang diedarkan dan barang siapa yang tergerak hatinya boleh meminumnya, sedangkan pihak yang lain menghendaki pemakaian gelas kecil dan setiap peserta perjamuan kudus mengambil satu gelas, hal ini diusulkan karena alasan kesehatan dan alkitab tidak melarangnya.
Akibat adanya perselisihan tersebut, sekelompok warga Jemaaat memisahkan diri dan merintis kebaktiannya sendiri di tempat lain. Perintisan ini dimulai pada tahun 1945 dengan meminjam gedung GKJ Joyodiningratan untuk melaksanakan kebaktiannnya. Tak lama kemudian pada bulan November 1945, kebaktiannya dipindahkan ke rumah almarhum
A. Masa –masa pendewasaan
Oleh adanya kerendahan hati, baik dari pihak saudara-saudara Gerej Kie Tok Kauw Hwee, maupun saudara-saudara dari gereja Kie Tok Kauw Hwee yang mau menjadi “kecil” yaitu mengakui kesalahanny, bersedia mendengar suara TUHAN saja dan berusaha melakukannnya, maka sungguh nama Tuhan saja nyang dimuliakan.
Setelah adanya sidang Klasis YOGYA VIII pada tanggal 11-14 Maret 1947 di Magelang, maka dapatlah dirintis pembentukan sebuah gereja cabang dari Gereja Sangkrah di Solo. Dengan segala usaha dan jerih payah serta kesabaran komisi yang sudah dibentuk pada waktu itu,yaitu : Komisi Perkara Penting dan Mendadak, maka pada awal tahun 1948 Gereja Sangkrah memisahkan cabangnya yang berasal di Jayengan, yang bertempat di rumah pabrik tenun/batik milik almarhum Bp./ Ibu Tan Ing Tjong. Kemudian cabang tersebut dipersiakan agar dapat dewasa dalam waktu dekat mempunyai majelis gereja sendiri.
Maka secara resmi pada tanggal 24 Agustrus 1948 Gereja di Jayengan menjadi dewasa. Namanya yaitu Tiong Hoa kie Tok Kauw Hwee atau Gereja Kristen Tiong hoa. Sesuai dengan peraturan gereja, maka gereja dianggap mulai berdiri jika sudah dewasa, artinya yaitu apabila gereja tersebut sudah mempunyai Majelis Gereja sendiri. Maka pada saat diteguhkanlah pada waktu itu :
Sebagai tua-tua :
· Sdr. Yo Kiem Hok
· Sdr. Tjioe Boen Jang
· Sdr. Oei Goen Jang
Sebagai Diaken :
- Sdr. Tjoa Tjing Hwie
- Sdr. Tjioa Soen An
Peneguhan tersebut dipimpin oleh Pdt. The Tjiauw Bian, pendeta dari Ibu Jemaat (Gereja Sangkrah) yang sekaligus juga sebagai pendeta konsulennya. Hingga tulisan ini ditulis baik Pdt. The Tjiauw Bianmauun kelima saudara tersebut telah dipanggil pulang oleh Tuhan. Dan yang terakhir dipanggil pulang oleh Tuhan adalah Sdr. Tjioe Boen Jang (Markus Hadiprijanto) pada hari Rabu, tanggal 22 Juli 1992 (dalam usia 80 tahun).
Karena telah dewasa, maka pada persidangan Klasis Yogya IX di Semarang tanggal 27-29 Maret 1948, telah hadir untuk pertama kalinya wakil/utusan dari Gereja Jayengan dalam sidang tersebut, yaitu sdr. Yo kiem Hok dan sdr. Tjioe boen Jang.
Dalam persidangan tersebut, Gereja Jayengan diterima sebagai anggota Klasis Yogya, dan itulah kesukaan yang meluap untuk membesarkan nama Tuhan Yesus, Raja Gereja dari persidangan. Karena bukan saja perselisihan di gereja Solo dapat selesai, tetapi cara penyelesaiannya itui dapat dilakukan secara gerejawi.
Setelah gereja menjadi dewasa segera direncanakan dan berusaha untuk memiliki seorang pendeta. Pada tanggal 3 Maret 1950 Gereja Jayengan mengirimkan
Dengan berkat Tuhan pada tanggal 14 Juni 1950, Sdr. Tan Hok Sing memberikan jawaban yang positip. Baru pada bulan Nopember 1950, Sdr. Tan Hok Sing mulai bekerja sebagai pembantu pendeta di Gereja Jayengan. Setelah terlebih dahulu menjalani ujian peremtoar di depan Sidang Klasis Yogya dan diselesaikannya dengan baik, kemudian pada tanggal 27 Juni 1951, Sdr. Tan Hok Sing ditahbiskan sebagai pendeta di Gereja Jayengan oleh Pdt. The Tjiauw Bian. Kebaktian pentahbisan pendeta ini dilakukan dengan lancar dan baik dengan mempergunakan gedung tenun yang luas dan baik, oleh karena kebaikan alm. Bp./Ibu tan Ing tjong. Dengan demikian, maka mulai saat itu ketiga jabatan gerejawi telah terpenuhi di Gereja Jayengan, yaitu: Pendeta, Tua-tua dan Diaken.
Dengan berkat Tuhan melalui Sdr. Yo Kiem Hok sekeluarga, telah dipersembahkan sebidang tanah untuk tempat mendirikan gedung gereja pastorinya di Coyudan. Pada tahun 1951, rumah pastori dapat diselesaikan terlebih dahulu. Baru kemudian pada tanggal 7 Oktober 1953 diadakan upacara peletakan batu pertama gedung gereja di Coyudan. Oleh karena berkat Tuhan maka pada tanggal 11 Nopember 1954, gedung gereja di Coyudan diresmikan dan dipersembahkan pada Tuhan. Dan mulai saat itu kebaktian diadakan di gedung tersebut yang terletak di jalan Coyudan No. 105 Solo (sekarang: Jl. Dr. Rajiman 125 Solo) samai sekarang ini. Dan itulah yang kita kenal dengan nama GKI Coyudan Solo. Nama gereja Kristen Indonesia Coyudan diresmikan pada tanggal 1 januari 1957. Adapun mengenai alasan dipergunakan nama GKI (Gereja Kristen Indonesia) ini didasarkan atas bahasa pengantar yang digunakan, yaitu bahasa
Gereja dalam menjalankan tugasnya yang makin meluas, terutama dengan misi pekabaran Injil, maka berturut-turut pendeta-pendeta dan pembantu pemdeta-pembantu pendeta telah dipanggil untuk melayani di GKI Coyudan.
Pendeta/ Pembantu pendeta yang pernah melayani di GKI Coyudan dari sejak berdirinya GKI Coyudan sampai sekarang yaitu :
1. Sdr. Tan Hok Sing (Alm. Pdt. Stefanus Tandiowidagdo)
Mulai bekerja dan melayani pada bulan Nopember 1950. Ditahbiskan sebagai pendeta pada tanggal 27 Juni 1951. Memasuki masa emeritat pada tanggal 30 Desember 1981, sampai Tuhan memanggil pulang pada tanggal 3 Desember 1993.
2. Sdr. Nio Djoen Tjwan
Mulai bekerja dan melayani tanggal 31 Mei 1957, namun tak lama kemudian dipanggil oleh Tuhan pada tanggal 17 Agustus 1957.
3. Sdr. Liem Djiet Go (sekarang : dt. Daud Adiprasetya)
Mulai melayani tanggal 1 Oktober 1963 sampai tanggal 1 Januari 1965, karena menerima panggilan untuk melayani jemaat GKI Ambarawa.
4. Sdri. Jullie Paila
Mulai melayani tanggal 1 Desember 1964 sampai pada tanggal 1 Pebruari 1968, karena memenuhi panggilan sebagai istri. Menikah dengan Hendarto (Tan Kwat Heng).
5. Sdri. Jusnita Puspasari(Tan Giok Bwee)
Mulai melayani tanggal 1 Agustus 1971 sampai tanggal 3 Pebruari 1974, karena melanjutkan elajaran di
6. Sdr. Henky Suryantio (Thio Soei Heng)
Mulai melayani sebagai pembantu pendeta tanggal 1 Pebruari 1976. Kemudian pada tanggal 17 Maret 1981 ditahbiskan sebagai pendeta yang kedua dari GKI Coyudan dan berhenti sebagai pendeta dari GKI Coyudan pada tanggal 1 Oktober 1984.
7. Sdr. Timotius Istanto (TanHwie Liang- sekarang Pendeta)
Dipanggil secara khusus untuk melayani di jemaat Sorogenen. Mulai melayani tanggal 15 April 1973 hingga tanggal 20 Juni 1977, karena memenuhi panggilan Jemaat GKI Purworejo.
8. Sdr. Matius Wimartanto Wiyanto (Dhiong Wie Liang)
Juga dipanggil secara khusus untuk melayani Jemaat Cabang di masa Masaran . Mulai bekerja tanggal 1 Maret 1974 hingga tanggal 1 Pebruari 1976, untuk kemudian memenuhi panggilan menjadi pendeta di GKI Purworejo-Klampok.
9. Sdr. Andreas Agus Susanto (The Joe Liang)
Dipanggil untuk menggantikan kekosongan di Jemaat Cabang di Masaran. Mulai melayani tanggal 18 Maret 1977 hingga tanggal 1 Desember 1980, karena menerima panggilan Jemaat GKI Surabaya.
10. Sdri. Esther Eka Widiastuti (Oei Lan Hwa)
Melayani khusus untuk Jemaat Cabang di Kartasura, selama kurang lebih 1 tahun, lalu berhenti karena ikut suami ke
11. Sdr. Musa Suryadi (Sim Sian Hak)
Melayani sebagai pembantu pendeta mulai tanggal 1 Pebruari 1981 sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, karena pindah memenuhi panggilan untuk menjadi pendeta di Gereja Kristen Abdiel “Anugerah” Probolinggo Jawa Timur.
12. Sdr. Eddy Ridwanto
Melayani secara khusus di Jemaat Cabang di Masaran mulai tanggal 15 Mei 1982. Karena untuk memenuhi kebutuhan pendeta, maka ada tanggl 10 Nopember 1986 ditahbiskan sebagai pendeta GKI Coyudan yang ditugaskan di Masaran. Kemudian melayani hingga tanggal 31 Oktober 1987, karena menerima panggilan Jemaat GKI Wonogiri.
13. Sdr. Budi Santosa Marsudi
Yang dipanggil bersama selama masa orientasi oleh GKI Sangkrah dan Gki Coyudan untuk melayani Jemaat Cabang di Kabangan. Melayani selama dua tahun, yaitu: tahun 1985 hingga tahun 1987, karena memenuhi panggilan Jemaat GKI Ngupasan Yogyakarta.
14. Sdr. John Then
Selama orientasi kurang lebih 3 tahun, mulai dari tanggal 1 Pebruari 1979, membantu Jemaat GKI Coyudan dan kemudin secara khusus untuk Jemaat Cabang di Kartasura didewasakan pada tanggal 5 Maret 1982, Sdr. John Then ditahbiskan untuk menjadi pendeta dari GKI Kartasura. Jadi lepas dari GKI Coyudan.
15. Pdt. Daud Adiprasetya
Untuk memenuhi kekosongan pendeta di GKI Coyudan, maka pada tanggal 3 September 1985 telah diteguhkan Pdt. Daud Adiprasetya sebagai di GKI Coyudan sampai saat ini. Dengan demikian, maka setelah 20 tahun berlalu Tuhan telah menunjukkan hamba-Nya untuk kembali melayani ke tempat dimana beliau pertama kali melayani, yaitu GKI Coyudan.
16. Sdri. Lanny Sri Mariani
Mulai melayani di GKI Coyudan pada tanggal 8 Mei 1988 untuk memenuhi kebutuhan jemaat sebagai pembantu pendeta. Kemudian pada tanggal 31 Juli 1990 ditahbiskan sebagai pendeta di GKI Coyudan, hingga saat ini.
17. Pdt. Anthon Yance Karundeng
Mulai melayani di GKI Coyudan pada tanggal 1 Desember 1993 dan pada tanggal 14 Februari 1995 diteguhkan sebagai pendeta di GKI Coyudan, hingga saat ini.
B. MASA PERKEMBANGAN COYUDAN
Menyadari akan tugas yang diamanatkan oleh Raja gereja, Tuhan Yesus Kristus, maka kota-kota yang berada di sekitar
1. Jemaat Cabang Kartasura
Setelah diawali dengan adanya perkumpulan rumah tangga, kemudian diadakan kebaktian pada permulaan thun 1955 di rumah seorang jemat yang telah menerima tanda baptis di GKI Coyudan, yaitu: rumah Sdr. Oei Soen Kwan di Jl. Pucangan Kartasura. Kemudian sepasang suami istri yang sudah tua (merupakan anggita jemaat), yaitu: Bp. Ibu Tan Tjien Gwan, telah menyerahkan sebidang tanah untuk membangun gedung gereja. Dengan demikian dimulailah pembangunan gedung gereja , dan pada tanggal 28 Desember 1964 gedung gereja yang terletak di jalan Pucangan (sekarang: Jl. Slamet Riyadi 20) Kartasura dipersembahkan pada Tuhan. Kemudian pada tanggal 5 Maret 1982, Jemaat Cabang Kartasura didewasakan oleh Jemaat Induk : GKI Coyudan dan di tahbiskan Sdr. John Then sebagai pendeta dan gembalanya. Dengan demikian selesailah salah satu tugas Ibu Jemaat di Kartasura, dan sejak itu berdirilah GKI Kartasura yang kita kenal sampai saat ini.
2. Jemaat Cabang Masaran
Juga dimulai dengn adanya perkumpulan rumah tangga yang mengadakan kebaktian ada setiap hari Minggu, pada pertengahan tahun 1956. Kebaktian tersebut mula-mula diadakan di rumah Alm. Ny. Liem Tjiauw Bing. Kemudian dapat membeli sebuah rumah kecil yang berada di gang, dan dipakai untuk kebaktian selama tiga tahun.Oleh karena berkat Tuhan, maka dapat dibeli sebidang tanah yang terletak di Jl. Raya Barat Km. XI/26 Masaran. Pada tanggal 6 Juni 1972 berdirilah sebuah gereja beserta pastornya, meskipun semua itu dibangun secara perlahan-lahan, karena disesuaikan dengan kondisi yang ada. Namun demikin akhirnya, gedung itu dapat dipersembahkan kepada Tuhan. Kemudian untuk memperkembangkan Jemaat cabang tersebut, maka diberi pembantu pendeta yang tinggal di Masaran, karena selain dibangun gedung gereja juga pastori. Baru kemudian tanggal 4 April 1991, Jemaat cabang Masaran ini dapat didewasakan oleh Jemaat Induk : GKI Coyudan, sebagai gereja yang dewasa dengan nama : GKI Masaran.
3. Jemaat Cabang Nusukan
Mengingat kebutuhan, bersama dengan GKI Sangkrah, yaitu adanya anggota Jemaat baik dari GKI Sangkrah maupun GKI Coyudan yang bertempat tinggal di daerah utara perlu dikembangkan, maka pada tanggal 3 Maret 1963 dibukalah Jemaat Cabang di Nusukan ini, bermula di balai pengobatan Panti Waluyo Nusukan dengan anggota Jemaat kurang lebih 15 orang. Dalam waktu yang singkat anggota Jemaat tersebut telah berkembang, sehingga tempat tersebut tidak mencukupi lagi. Maka kebaktian dipindahkan ke rumah Alm. Bp. Puspa yang lebih besar. Baru kemudian pindah ke rumah Alm. Bp./Ibu Tan Ping An jalan Nusukan.
Oleh Panitia Jemaat Cabang Nusukan, yang terdiri dari anggota GKI Sangkrah dan anggota GKI Coyudan ditunjuklah Sdr. Simeon Tjahjadi Santiawan (Alm.) sebagai pengelola Jemaat Cabang Nusukan selama 7 tahun yaitu dari tahun 1963 hingga tahun 1970.
Untuk mencukupi kebutuhan akan perawatan, maka telah dipanggil Sdr. Joseph P. Widyatmaja sebagai pembantu pendeta selama kurang lebih 2 tahun. Kemudian diganti oleh Sdr. John Agustinus Prajogo (Alm. Pdt. J. A. Prajogo). Pada tanggal 1 Maret 1973 diadakan kebaktian GKI Nusukan. Jadi pelayanan di Nusukan dalam waktu 10 tahun sudah dewasa.
4. Jemaat Cabang Sorogenen
Pada tanggal 3 Januari 1971 dibukalah Jemaat cabang Sorogenen yang bertempat di rumah seorang anggota jemaat yang bernama Sdr. Liem Tjing Kiat. Dia meminjamkan tempat untuk kebangkitan, selama belum ada tempat untuk mengadakan kebaktian sendiri. Di tempat itulah pada tanggal 30 Mei 1978, Jemaat Cabang di Sorogenen didewasakan. Dengan berkat Tuhan GKI Sorogenen boleh menempati gedung gereja baru yang sudah sejak lama telah dirintis pembelian tanah dan pembangunannya, yaitu di Jl. Sorogenen No. 118 (sekarang: Jl. Ir. H. Juanda No. 51). Adapun peresmian gedung gereja yang baru tersbut pada tanggal 27 Nopember 1979. Dengan berdirinya GKI Sorogenen ini, berarti inilah “anak” ketiga dari Jemaat GKI Coyudan yuang didewasakan.
5. Jemaat Cabang Kabangan
Pada tanggal 20 Januari 1980 telah dibuka jemaaat cabang di Kabangan Solo. Panitia Jemaat cabang Kabangan ini terdiri dari dua gereja, yaitu : GKI Sangkrah dan GKI Coyudan. Untuk melayani jemaat cabang tersebut, telah bekerja Sdr. Budi Santosa Marsudi dari tahun 1985-1987. Kebaktiannya diadakan di Kabangan, Jl. Laweyan No. 43 (sekarang : Jl. Dr. Rajiman No. 477) Solo. Untuk pembagian tugas diantara gereja-gereja di Solo supaya lebih baik, maka mulai tanggal 1 Juli 1988, Jemaat cabang Kabangan hanya menjadi milik GKI Coyudan. Maka sejak saat itu dilantikkan Panitia Jemaat Cabang Kabangan yang baru yang semuanya terdiri dari GKI Coyudan.
Pada tanggal 6 Juni 1994 Jemaat Cabang Kabangan didewasakan dan menjadi GKI Kabangan yang kita kenal sekarang.
GKI Coyudan saat ini mempunyai dua Pos Kespel yaitu Pos Kespel Joyotakan dan Pos Kespel Baturan Indah. Sebenarnya tadinya ada satu lagi yaitu Pos Kespel Mertodranan, tapi karena sesuatu hal saat ini kegiatannya terhenti dan Majelis Jemaat sedang berusaha mencari lokasi yang baru.
GKI Coyudan sendiri dengan berkat Tuhan, saat ini disamping gedung gereja yang sudah direnovasi, juga mempunyai bangunan-bangunan disekitar gedung gereja yaitu:
- Gedung Ebenhaezer (berlantai tiga) untuk tempat kegiatan komisi-komisi. Diresmikan pada tanggal 17 agustus 1981.
- Gedung Nain (berlantai tiga), bagian bawah untuk Kantor Gereja sedangklan lantai dua dan lantai tiga dipergunakan untuk kegiatan rapat-rapat baik rapat majelis maupun rapat komisi-komisi. Diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1991.
- Rumah Pastori gereja yang berhubungan dengan Konsistori, bangunan ini berlantai dua.
Data-data GKI Coyudan pada akhir September 1996
I. GKI Coyudan :
1. Pendeta : - Pdt. Daud Adiprasetya
- Pdt. Lanny Sri Mariani
- Pdt. Anthon Yance Karundeng
2. Majelis :
- Tua-tua berjumlah 17 orang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 5 orang perempuan
- Diaken berjumlah 15 orang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 3 orang perempuan
3. Jemaat : Anak (Baptisan)
Laki-laki : 395 anak
Perempuan : 317 anak
Dewasa (penuh)
Laki-laki : 787 orang
Perempuan : 1283 orang
4. Jam Kebaktian :
- Pagi : pk. 06.30wib
- Siang : pk.09.00 wib
- Sore : pk.16.30 wib
5. Bidston pagi
Tiap hari Selasa dan Jum’at pk.05.30 wib bertempat di gereja.
6. Persekutuan Remaja
Tiap hari Sabtu pk. 17.00 wib di gereja
7. Persekutuan Pemuda
Tiap hari Sabtu pk. 18.00 wib di gereja
8. Tempat Pemahaman Alkitab (di rumah jemaat) : 5 tempat
9. Pos Sekolah Minggu
II. Pos Kespel Joyotakan
1. Panitia Pos Kespel : 7 orang laki-laki dan 3 orang perempuan
2. Jam Kebaktian
- Pagi : pk.09.00 wib
- Sore : pk. 16.30 wib
3. Bidston pagi : Tiap hari Jum’at pk. 05.00 wib
III. Pos Kespel Baturan Indah
1. Panitia Pos Kespel : 3 orang laki-laki dan 4 orang perempuan
2. Jam Kebaktian : pk.09.00 wib
Rumah-rumah Pastori GKI Coyudan :
1. Rumah Pastori Jl. Dr. Rajiman 125 Solo, terletak di samping gedung gereja GKI Coyudan, dipergunakan untuk tempat tinggal Pdt. Anthon Yance Karundeng dengan keluarga.
2. Rumah Pastori Jl. Notodiningratan No. 147 Solo, dipergunakan untuk tempat tinggal Pdt. Lanny Sri mariani bersama dengan suaminya yaitu bp. Handoyo.
3. Rumah pastori di Tegalrejo II/53A
Disediakan untuk pendeta yang akan datang
Sedangkan Pdt. Daud Adiprasetya telah menempati rumah pribadinya di Jl. Melati II (blok AA) No. 78- Baturan- Fajar Indah Solo.
]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar